Hujan asam dilaporkan pertama kali di Manchester, Inggris, yang menjadi kota penting dalam Revolusi Industri. Pada tahun 1852,
Robert Angus Smith menemukan hubungan antara hujan asam dengan polusi
udara. Istilah hujan asam tersebut mulai digunakannya pada tahun 1872.
Ia mengamati bahwa hujan asam dapat mengarah pada kehancuran alam.
Walaupun hujan asam ditemukan pada tahun 1852, baru pada tahun 1970-an
para ilmuwan mulai mengadakan banyak melakukan penelitian mengenai
fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan hujan asam di Amerika Serikat
meningkat pada tahun 1990-an setelah di New York Times
memuat laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest di New Hampshire
tentang banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hujan asam.
Secara sederhana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:
Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisis es kutub. Terlihat turunnya kadar pH sejak dimulainya Revolusi Industri
dari 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain diperoleh dari organisme yang
dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam. Setelah
bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati akan mengendap dalam
lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan
meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di
dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita
melihat ke masing-masing lapisan tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan
nitrogen oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan
bahan bakar fosil, terutama batu bara,
merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH
di area industri kadang-kadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Sumber-sumber ini, ditambah oleh transportasi, merupakan penyumbang-penyumbang utama hujan asam.
Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi dan industri tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi polusi
lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang
dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki
jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang
jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan
di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk
hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan
populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari
larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperi alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernapas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada daun
rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap
keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat
sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral
penting menjadi hilang.
Ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang
besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak pada timbulnya wabah diare
pada anak dan air tercemar alumunium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan_asam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar