Indonesia
merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terbarui dan tidak terbarui.
Di Indonesia bahan bakar minyak yang berasal dari sumber daya lam tak terbarui
menjadi sumber energi utama. Penggunaan sumber daya alam tidak terbarui secara
terus menerus akan mengakibatkan menipisnya cadangan minyak bumi yang sudah
diketahui, kenaikan atau ketidakstabilan harga akibat laju permintaan yang
lebih besar dari produksi minyak, dan polusi gas rumah kaca (terutama CO2)
akibat pembakaran bahan bakar fosil.
Persentase konsumsi bahan bakar minyak di
Indonesia merupakan yang terbesar dan terus mengalami peningkatan. Pada tahun
1990 konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 169.168 Setara Barel Minyak
(SBM), angka ini adalah 40, 2% dari total konsumsi energi final. Sepuluh tahun
kemudian, pada tahun 2000, konsumsi BBM di Indonesia meningkat menjadi 304.142
SBM, angka ini adalah 47, 4 % dari total energi final. Dengan demikian terjadi
peningkatan yang cukup signifikan dalam konsumsi BBM di Indonesia. Jika hal ini
dibiarkan berlangsung secara terus menerus krisis energi di Indonesia tidak dapat
dihindari lagi.
Menurut agus Syarif Hidayat (2005:2),
selain angka konsumsi BBM yang tinggi, kecenderungan impor bahan bakar minyak
di Indonesia juga terus meningkat. Pada tahun 1992 pemakaian BBM sebagai energi
final sebesar 201.577 SBM sedangkan kilang minyak dalam negeri hanya mampu
memasok sekitar 167.944 SBM, sehingga harus mengimpor sekitar 33.633 SBM. Angka
impor BBM ini terus meningkat hingga mencapai 107.935 SBM pada tahun 2003 atau
sekitar 32,75% dari total konsumsi BBM dalam negeri. Jika hal ini tetap
berlangsung, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara pengimpor minyak
sepenuhnya.
Sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang
besar untuk memproduksi energi alternatif sebagai pengganti BBM. Indonesia
memiliki bahan baku yang melimpah untuk membuat sumber energi alternatif yang
berasal dari sumber daya alam terbarukan berupa tumbuh-tumbuhan.
Selama ini tumbuhan yang dinilai dapat
menghasilkan sumber energi alternatif adalah kelapa sawit. Namun kelapa sawit
tergolong tumbuhan pangan, sehingga harga kelapa sawit akan terpengaruh
permintaan di sektor pangan. Oleh karena itu, bahan baku sumber energi
alternatif sebaiknya berasal dari sektor nonpangan misalnya jarak pagar.
Tanaman jarak pagar merupakan salah satu
tumbuhan yang dapat digunakan untuk menghasilkan sumber energi alternatif.
Sumber energi yang dihasilkan dari tanaman ini berupa biodiesel yang berguna
untuk menggantikan fungsi solar pada mesin diesel.
Saat ini
pemerintah tengah mencanangkan program penggunaan minyak jarak pagar (Jathropa
Curcas) sebagai pengganti minyak solar secara nasional. Program ini dapat
berhasil dengan baik jika terjadi kerjasama yang baik diantara pemerintah dan
masyarakat. Masalahnya adalah sebagaian masyarakat yang sudah terbiasa
menggunakan bahan bakar minyak sebagai sumber energi utama belum mengetahui
adanya sumber energi alternatif ini. Untuk itulah masyarakat harus mengetahui
manfaat dan keunggulan sumber energi alternatif ini agar kerjasama yang baik
tersebut dapat terwujud
Tanaman Jarak Pagar
Tanaman
Jarak penghasil biodiesel berasal dari jenis tanaman Jarak Pagar yang dalam
bahasa Inggris bernama Physic Nut dengan nama Jatropha curcas.
Tanaman ini merupakan tanaman semak yang termasuk keluarga Euphorbiaceae.
Tanaman Jarak Pagar memiliki cabang-cabang
yang tidak teratur dengan tinggi batang 1-7 meter. Batangnya berkayu, berbentuk
silindris, dan memiliki tonjolan-tonjolan bekas tangkai daun yang gugur. Bila
dipatahkan atau terluka batangnya akan mengeluarkan getah berwarna putih,
kental dan agak keruh.
Daun tanaman
ini tersebar di sepanjang batang. Permukaan atas dan bawah daun berwarna hijau,
tetapi permukaan bawah lebih pucat dari permukaan atas. Daun berbentuk jantung
atau bulat telur. Tulang daun menjari dengan 5-7 tulang utama. Tangkai daun
panjang, sekitar 4-15 cm.
Bunga tanaman ini berupa bunga majemuk
berbentuk malai, berwarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal dan berumah
satu. Baik bunga jantan maupun betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan.
Bunga ini muncul di ujung batang atau di ketiak daun. Kelopak bunga berjumlah
lima yang berbentuk bulat telur.
Buah tanaman Jarak Pagar berupa buah kotak
berbentuk bulat telur dengan diameter 2-4 cm. Buah ini berwarna hijau ketika
masih muda dan kuning jika sudah masak. Buah terbagi menjadi tiga ruang masing-masing
ruang berisi satu biji yang berbentuk bulat lonjong, berwarna coklat kehitaman
dan mengandung banyak minyak.
Tanaman
Jarak Pagar (Jathropa Curcas) berasal dari Afrika Selatan Tanaman ini
sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak dekade 40-an, saat penjajah
Jepang menggunakan minyak jarak untuk penerangan di rumah-rumah dan sumber
energi untuk menggerakkan alat-alat perang.
Tanaman ini tumbuh liar atau ditanam
penduduk sebagai pagar. Dapat tumbuh dengan baik di tanah yang tidak begitu
subur dan beriklim panas, dari dataran rendah sampai ketinggian 300 meter di
atas permukaan laut.
Tanaman ini tahan kekeringan dan mulai
berbuah dalam waktu lima bulan. Tumbuhan ini produktif penuh saat berumur lima
tahun, dan usia produktifnya mencapai 50 tahu
Semua bagian tanaman ini berguna, daunnya
dapat digunakan sebagai makanan ulat sutra, antiseptik, dan antiradang.
Getahnya untuk penyembuh luka dan pengobatan lain. Yang paling tinggi
manfaatnya adalah buahnya, daging buahnya digunakan untuk pupuk hijau dan produksi
gas, sementara bijinya untuk pakan ternak dan untuk bahan bakar pengganti
minyak diesel (solar) dan minyak tanah.
Minyak
Jarak Pagar
Minyak dari tanaman jarak pagar termasuk
minyak lemak. Minyak lemak yang menjadi bahan baku biodiesel adalah bahan bakar
terbarukan, karena berasal dari tumbuh-tumbuhan. Di negara kita bnyak sekali
terdapat tumbuh-tumbuhan penghasil minyak lemak. Tak kurang dari 50 jenis
tumbuhan bisa diolah menjadi sumber bahan bakar alami, contoh paling populer
adalah sawit, kelapa, jarak pagar, dan kapok atau randu (Soerawidjaya,
dkk.:2005) .
Potensi terbesar tanaman Jarak Pagar
terdapat pada buah yang terdiri dari biji dan cangkang (kulit). Pada biji
terdapat inti biji dan kulit biji. Inti biji ini yang menjadi bahan dasar
pembuatan biodiesel, sumber energi pengganti solar. Setelah melalui proses
pemerahan, dari inti biji akan dihasilkan bungkil perahan, yang kemudian
diekstraksi. Hasilnya berupa minyak Jarak Pagar dan bungkil ekstraksi. Minyak
jarak pagar digunakan untuk penyabunan dengan hasil akhir berupa sabun dan
metanolisis/etanolisis yang kemudian diproses menjadi biodiesel dan gliserin.
Sedangkan bungkil ekstraksi bisa menghasilkan pupuk, menjadi bahan dasar
pembuatan biogas pengganti minyak tanah, dan melalui proses ekstoksifikasi
dapat menghasilkan pakan ternak.
Minyak yang
dihasilkan dari biji Jarak Pagar termasuk dalam minyak lemak (fatty oil).
Minyak ini berwujud cairan bening berwarna kuning dan tidak menjadi keruh meski
disimpan dalam waktu yang lama.
Minyak Jarak Pagar bisa digunakan untuk
berbagai keperluan. Pertama, melalui thermal atau catalytic cracking akan
dihasilkan gas, gasoline, kerosin dan diesel, yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Kedua, melalui esterifikasi transesterifikasi akan
dihasilkan produk berupa biodiesel yang digunakan untuk pembangkit genset,
kendaraan diesel dan kompor jarak pagar.
Menurut Rieska Wulandari (2005:1), minyak
Jarak Pagar yang dihasilkan dari cangkang biji jarak memiliki komposisi kimia
berupa lemak kasar 47,25 persen, protein kasar 24,60 persen, serat kasar 10,12
persen, kelembaban 5,5 persen, abu 4,50 persen dan karbohidrat 7,99 persen.
Minyak ini juga memiliki kandungan iodin yang tinggi, yaitu 105,2 mg iodin/g.
Biji jarak yang mengandung minyak kadar tinggi mudah untuk diekstraksi.
Sementara itu kandungan asam lemak tak jenuh yang mencapai 90 persen sangat
potensial untuk dijadikan pengganti minyak sawit dalam aplikasi nonpangan.
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jarak
Pagar
Proses pengolahan minyak jarak untuk menghasilkan
biodiesel relatif mudah. Untuk menghasilkan minyak dalam skala kecil (0,5-0,6
ton perawatan hari) cukup dengan mengepres biji jarak yang sudah kering
menggunakan mesin diesel satu silinder, sehingga menghasilkan minyak jarak
kasardan bungkil.
Tahap selanjutnya adalah menyaring
menggunakan mesin penyaring sehingga dihasilkan minyak jarak bersih. Kemudian
dilakukan proses pemurnian terhadap minyak jarak yang sudah bersih sampai
menghasilkan minyak jarak murni yang siap dijual.
Biodiesel
yang diperoleh dari tanaman jarak berupa minyak jarak yang diperoleh dari biji
jarak. Menurut Tatang H. Soerawidjaya (2005:1) biodiesel yang dihasilkan dari
tanaman Jarak Pagar merupakan minyak lemak semimulus (semi refined fatty
oil), yang telah dibersihkan dari fosfor dan asam-asam lemak. Dalam hal
ini fosfor merupakan zat yang merugikan karena mesin diesel dapat mengubah
fosfor ini menjadi garam atau asam fosfat yang mengendap menjadi kerak di dalam
kamar pembakaran atau terbawa keluar sebagai pencemar udara oleh emisi gas
buang.
Keunggulan Biodiesel dari Tanaman Jarak
Dibandingkan dengan Solar
Menurut Dody Hidayat (2005:1),
dibandingkan dengan minyak solar, biodiesel memiliki angka cetane yang lebih
tinggi dan daya lumas yang lebih baik. Minyak jarak pagar memiliki angka setana
51 sedangkan solar 45. Angka setana (cetane rating) adalah tolak ukur kemudahan
menyala/terbakar dari suatu bahan bakar di dalam mesin diesel. Semakin tinggi
angka setane semakin aman emisi gas buangnya, karena bahan bakar dapat terbakar
dengan sempurna, sehingga kadar emisi gas sulfur (SOx), nitrogen (NOx) dan
karbon yang termasuk dalam gas-gas rumah kaca lebih rendah.
Selain itu dalam membangkitkan tenaga
listrik, biodiesel tidak memerlukan genset baru karena minyak jarak dapat
langsung digunakan pada genset yang sudah ada.
Manfaat Penggunaan Biodiesel dari Tanaman
Jarak terhadap
Lingkungan
Penggunaan bahan bakar fosil telah
meninbulkan berbagai dampak buruk bagi lingkungan. Seperti meningkatnya kadar
gas rumah kaca di atmosfer bumi. Jika hal ini dibiarkan secara terus menerus,
maka pemanasn global adalah konsekuensi yang harus dihadapi oleh seluruh
penduduk bumi.
Sebagai salah satu sumber energi
alternatif, Biodiesel dari tanaman jarak dapat dikategorikan sebagai sumber
energi ramah lingkungan. Karena menurut Humas (2005:2), pembakaran mesin yang
berbahan bakar biodiesel menghasilkan emisi gas buang, asap dan partikel, yang
lebih rendah. Angka setane yang lebih tinggi dibandingkan solar membuat kadar
emisi gas karbon, nitrogen, dan sulfur lebih rendah.
Selain itu,
penggunaan biodiesel dari tanaman Jarak Pagar membuka kemungkinan penanaman
kembali lahan-lahan kritis yang ada di Indonesia. Menurut Humas (2005:2), saat
ini terdapat 13 juta hektar lahan kering di seluruh Indonesia. Mengingat
tanaman Jrak Pagar merupakan tanaman yang dapat tumbuh di lahan keirng dan
kurang subur,maka dengan menggunakan biodiesel di Indonesia, lahan-lahan kering
tersebut akan dapat ditanami kembali.
Penanaman kembali lahan-lahan kritis di
Indonesia akan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan, karena akan
membentuk suatu sumber penghasil gas oksigen yang sangat penting bagi
kehidupan, mengurangi pencemaran oleh gas-gas rumah kaca, dan membentuk suatu
benteng penahan banjir dan longsor
Manfaat Penggunaan Biodiesel dari Tanaman
Jarak bagi masyarakat Indonesia di Bidang Ekonomi
Dengan dihijaukannya kembali lahan-lahan
kritis, berarti akan membuka lapangan pekerjaan baru yang layak bagi masyarkat.
Mereka dapat bekerja sebagai petani yang menanam dan merawat tanaman-tanaman
jarak yang akan digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Buah jarak yang
dihasilkan dijual kepada perusahaan yang mengolahnya menjadi biodiesel dengan
harga tertentu. Dalam hal ini peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal
penyediaan bibit dan penentuan harga minimum dari buah Jarak Pagar, agar petani
tidak dirugikan.
Jika petani
diberi hak mengelola tiga hektar lahan kering, dengan kerapatan tanaman 2500
pohon per hektar dan produktivitas 10.000 kilogram biji per hektar serta harga
biji lima ratus rupiah per kilogram, setiap keluarga petani akan memperoleh
panghasilan satu juta dua ratus lima puluh ribu per bulan hanya berasal dari
penjualan biji jarak (Anonim, 2005:2). Pendapatan ini dapat bertambah jika
bagian lain dari tanaman juga dimanfaatkan
Menurut Humas (2005:2), dari tiga juta
hektar lahan kering akan dihasilkan 92.000 barel minyak per hari. Untuk memnuhi
lahan tersebut diperlukan 7,5 miliar bibit. Bila dari seluruh tanah tandus
seluas 13 juta hektar ditanami jarak, maka akan dihasilkan lebih dari 400.000
barel minyak per hari. Dengan demikian kita akan mengehmat penggunaan devisa
negara yang biasa digunakan untuk mengimpor solar.
Dalam
Kompas (2005: 14), biaya produksi biodiesel tergolong murah, rata-rata biaya
produksinya antara 600 hingga 100 per liter. Harga jual netto minyak jarak
tersebut diperkirakan Rp. 1.400-Rp. 2.100 per liter, harga ini jauh lebih murah
jika dibandingkan dengan harga minyak saat ini. Sehingga , pengolahan jarak
menjadi biodiesel yang relatif mudah dapat dilakukan dalam usaha skala kecil
yang tidak membutuhkan modal yang besar. Sehingga hal ini pun akan membuka
lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.
Potensi
lain adalah ekspor biodiesel ke berbagai negara maju yang saat ini sedang gencar-gencarnya
menekan emisi gas rumah kaca. Negara-negara maju seperti Jerman, Amerika
Serikat, dan Brasil saat ini juga sedang mengembangkan penggunaan biodiesel.
Jika Indonesia mampu mengembangkan biodiesel dari minyak jarak dengan kualitas
yang bagus, pasar internasional terbuka untuk Indonesia.
Prospek
Penggunaan Biodiesel dari Tanaman Jarak di Indonesia
Indonesia
merupakan negara yang kaya kan berbagai sumber energi fosil, akan tetapi hal
yang tetap harus diingat adalah bahwa penggunaan bahan bakar fosil secara terus
menerus dapat mengakibatkan pencemaran dan krisis energi fosil.
Di
Indonesia terdapat banyak lahan kritis yang tidak dapat ditanami karena
humusnya hilang. Jarak adalah tanaman yang dapat hidup dalam segala kondisi,
sehingga tanaman jarak dapat ditanam di lahan-lahan kritis tersebut. Hal ini
akan membawa keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi
masyarakat Indonesia. Keuntungan yang langsung dapat diperoleh berupa lapangan
pekerjaan yang akan memberi keuntungan secara finansial, sedangkan keuntungan
tidak langsung yang diperoleh berupa pengurangan polusi udara dan penghijauan
kembali lahan-lahan kritis yang dapat mengurangi banjir dan bencana alam lain.
Tanaman jarak jenis penghasil biodiesel
ini sebenarnya sudah sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Di
Indonesia tanaman ini dikenal dengan sebutan tanaman jarak pagar. Sehingga
pembudidayaan tanaman ini tidak akan menjadi hal yang asing bagi masyarakat
Indonesia.
Hanya saja untuk hasil yang maksimal,
pemerintah perlu mengadakan suatu program penelitian untuk menghasilkan bibit
jarak pagar yang berkualitas unggul, sehingga dapat dihasilkan biodiesel yang
berkualitas unggul pula.
Penutup
Biodiesel merupakan sumber energi
alternatif pengganti solar. Biodiesel termasuk sumber daya alam terbarui karena
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Biodiesel memiliki angka setana yang lebih tinggi
daripada solar, sehingga penggunaannya lebih efisien.
Biodiesel merupakan sumber energi
alternatif yang ramah lingkungan, karena sisa pembakaran mesin yang menggunakan
biodiesel menghasilkan emisi gas buang, asap dan partikel yang lebih rendah
daripada solar. Selain itu dengan memproduksi dan menggunakan biodiesel dalam
skala besar berarti membuka kemungkinan penanaman kembali lahan-lahan kritis
sehuingga menambah jumlah sumber pengahasil oksigen dan mengurangi
karbondioksida.
Penggunaan biodiesel dari biji tanaman
jarak secara tidak langsung akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat
Indonesia. Berupa lapangan kerja baru yang cukup menjanjikan.
Biodiesel dari tanaman jarak sangat cocok
utnuk diterapkan di Indonesia, karena bahan baku yang dapat disediakan dengan
melimpah, dan juga tersedianya lahan-lahan kritis yang dapat menunjang
produksinya.
Pemerintah hendaknya mulai merancang UU
mengenai penggunaan biodiesel di indonesia, sehingga biodiesel benar-benar
dapat diterapkan di Indonesia secara optimal.
Pemerintah hendaknya memberikan penyuluhan
dan penerangan pada masyarakat luas mengenai manfaat dan keuntungan yang
diperoleh dari biodiesel.
Pemerintah harus menyediakan tempat-tempat
penjualan biodiesel, sehingga biodiesel dapat diperoleh dengan mudah oleh
konsumen. Selain itu pemerintah juga harus mengatur sistem perdagangan
biodiesel di Indonesia.
Pemerintah harus menekan penggunaan bahan
bakar minyak oleh masyarakat dengan cara memberlakukan pajak tidak langsung
bagi pengguna bahan bakar minyak dan memberi subsidi bagi pengguna bahan bakar
alternatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar